Museum Bahari

Museum Bahari adalah museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke yang berlokasi di seberang Pelabuhan Sunda Kelapa. Museum adalah salah satu dari delapan museum yang berada di bawah pengawasan dari Dinas Kebudayaan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Sejarah
Pada masa pendudukan Belanda bangunan ini dulunya adalah gudang yang berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah yang merupakan komoditi utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa. Bangunan yang berdiri persis di samping muara Ci Liwung ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat (dibangun secara bertahap mulai tahun 1652-1771) dan sisi timur, disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur. Gudang barat terdiri dari empat unit bangunan, dan tiga unit di antaranya yang sekarang digunakan sebagai Museum Bahari. Gedung ini awalnya digunakan untuk menyimpan barang dagangan utama VOC di Nusantara, yaitu rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil.

Museum Layang-Layang

Museum Layang-Layang adalah sebuah museum yang terletak di Jl. H. Kamang No. 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Museum ini merupakan museum layang-layang pertama di Indonesia. Jumlah koleksi layang-layang di museum ini berjumlah 600, namun jumlah tersebut terus bertambah seiring datangnya koleksi-koleksi baru dari para pelayang daerah dan luar negeri maupun layang-layang yang dibuat sendiri oleh karyawan museum. Museum Layang-Layang buka setiap hari mulai pukul 09.00-16.00 WIB.Hari libur nasional Museum Layang-layang tutup.

Sejarah
Layang-layang merupakan bagian dari permainan masa kecil yang tidak hanya berfungsi sebagai permainan belaka, tapi bisa dilibatkan dalam sebuah ritual tertentu. Berbagai bangsa di dunia dapat dipastikan mengenal permainan layang-layang. Fenomena inilah yang mendorong para pecinta layang-layang untuk mendirikan museum layang-layang. Di dalam museum tersebut, para pecinta layang-layang akan mengumpulkan berbagai jenis layang-layang dari mancanegara dan menjaga koleksi tersebut agar bisa dinikmati keindahannya dan dipelajari teknologinya.

Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Laksamana Tadashi Maeda, seorang jenderal berkebangsaan Jepang yang merelakan tempat tinggalnya dijadikan markas perumusan naskah proklamasi.
-----------
Museum Perumusan Naskah Proklamasi atau disingkat dengan Munasprok adalah gedung yang dibangun sebagai monument peristiwa proses perumusan naskah proklamasi kemerdekaan di Indonesia.Gedung luas tanah 3.914 meter persegi dan luas bangunan 1.138 meter persegi itu pertama kali didirikan pada tahun 1920 dengan gaya arsitektur Eropa.Di dalam gedung tersebut terdapat ruangan, mebel kuno, dan aksesoris yang menggambarkan suasana serupa peristiwa perumusan naskah proklamasi.

Sejarah
Sebelum diaklamasi sebagai museum, gedung Munasprok pertama kali dikelola oleh perusahaan asuransi bernama PT Asuransi Jiwasraya. Selanjutnya gedung itu diambil alih oleh British Consul General pada Perang Pasifik hingga masuk Jepang mengambil alih. Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung antara

Museum Purna Bhakti Pertiwi

Museum Purna Bhakti Pertiwi (MPBP) didirikan oleh Yayasan Purna Bhakti Pertiwi atas prakarsa Ibu Tien Soeharto. Museum yang berada di Jl. Taman Mini I, Jakarta 13560 ini berisi koleksi benda-benda dan cinderamata berharga yang bersangkut-paut dengan perjalanan pengabdian Presiden Republik Indonesia Ke-2, Soeharto.

Sejarah
Museum Purna Bhakti Pertiwi (MPBP) diresmikan pada 23 Agustus 1993 oleh HM Soeharto, Presiden ke-2 Republik Indonesia. Peresmian MPBP bertepatan dengan hari ulang tahun ke-70 Ibu Tien Soeharto, yang adalah pendiri dan pemrakarsa museum ini. Luas bangunan MPBP 25.095 meter persegi yang dibangun di atas tanah seluas 19,7 hektar.
Museum Purna Bhakti Pertiwi merupakan wahana pelestarian benda-banda bersejarah tentang perjuangan dan pengabdian HM Soeharto dan Ibu Tien Soeharto kepada bangsa Indonesia, sejak masa perang kemerdekaan hingga masa pembagunan.

Museum Trisakti

Empat Mahasiswa Trisakti yang meninggal pada peristiwa 12 Mei 1998 (Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hendriawan Sie, Heri Hartanto
--------------
Museum Trisakti atau Museum Tragedi 12 Mei merupakan museum yang dirancang sebagai wadah dokumentasi peran aktif mahasiswa Trisakti dalam memerjuangkan demokrasi dan hak asasi manusia. Museum ini bercerita secara singkat mengenai empat mahasiswa yang tertembak pada tanggal 12 Mei 1998. Di dalam museum tersebut terdapat artikel-artikel singkat, kumpulan berita dari surat kabar, ornamen, foto demonstrasi, foto para almarhum dan barang peninggalan mereka.

Museum Fatahillah

Foto panorama Museum Sejarah Jakarta, tahun 2015.
-----------
Museum Fatahillah yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.
Gedung ini dahulu adalah sebuah Balai Kota Batavia (bahasa Belanda: Stadhuis van Batavia) yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.
Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah.

Arsitektur
Arsitektur bangunannya bergaya abad ke-17 bergaya neoklasik[butuh rujukan] dengan tiga lantai dengan cat kuning tanah, kusen pintu dan jendela dari kayu jati berwarna hijau tua. Bagian atap utama memiliki penunjuk arah mata angin.

Museum Nasional Indonesia

Museum Royal Batavian Society of Arts and Sciences Batavia (sekarang Museum Nasional) pada tahun 1900-an
------------
Museum Nasional Republik Indonesia atau Museum Gajah, adalah sebuah museum yang terletak di Jakarta Pusat dan persisnya di Jalan Merdeka Barat 12. Museum ini merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara.

Sejarah Museum Nasional
Cikal bakal museum ini lahir tahun 1778, tepatnya tanggal 24 April, pada saat pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. J.C.M. Radermacher, ketua perkumpulan, menyumbang sebuah gedung yang bertempat di Jalan Kalibesar beserta dengan koleksi buku dan benda-benda budaya yang nanti menjadi dasar untuk pendirian museum.
Pada masa pemerintahan Inggris (1811-1816), Sir Thomas Stamford Raffles yang juga merupakan direktur dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen memerintahkan pembangunan gedung baru yang terletak di Jalan Majapahit No. 3. Gedung ini digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dahulu bernama "Societeit de Harmonie".) Lokasi gedung ini sekarang menjadi bagian dari kompleks Sekretariat Negara.

Gedung Joang '45

Gedung Joang '45 atau Museum Joang 45 adalah salah satu museum yang berada di Jakarta. Saat ini pengelolaannya dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Museum ini terletak di Jalan Menteng Raya 31, Kelurahan Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Museum ini diresmikan pada tahun 1974 oleh Presiden Soeharto, setelah dilakukan direnovasi.

Sejarah Bangunan
Masa Pendudukan Belanda
Gedung yang dibangun pada sekitar tahun 1920-an yang saat ini dipergunakan sebagai Museum Joang 45 ini pada mulanya adalah hotel yang dikelola oleh keluarga “L.C. Schomper”, seorang berkebangsaan Belanda yang sudah lama tinggal di Batavia. Hotel ini diberi nama Schomper sesuai nama pemiliknya. Hotel tersebut saat itu termasuk yang cukup baik dan terkenal di kawasan pinggiran Selatan Batavia, dengan bangunan utama yang berdiri megah di tengah dan diapit deretan bangunan kamar-kamar penginapan di sisi kiri dan kanannya untuk menginap para tamu.

Gedung Harmoni

Kartu Pos ini memperlihatkan sebuah kereta kuda melewati Gedung Harmoni yang masih berdiri di di sudut Rijswijk (kini Jalan Veteran) dan Rijswijkstraat (kini Jl. Majapahit).
----------
Gedung Harmoni (Belanda: Societeit Harmonie) adalah gedung Belanda yang dulu terletak di ujung jalan Veteran dan Majapahit, kawasan Harmoni, Jakarta Pusat. Gedung ini mulai dikerjakan tahun 1810 dan digunakan sebagai tempat perkumpulan (societeit) dan pesta orang Belanda. Pendirian gedung itu diprakarsai oleh Gubernur Jendral Reinier de Klerk tahun 1776. Gedung ini kemudian dirobohkan pada bulan Maret 1985 karena pertimbangan perluasan jalan.

Sejarah
Sebelum digunakan sebagai tempat perkumpulan, gedung Harmoni merupakan sebuah benteng pertahanan bernama Rijswijk yang terletak di luar kota Batavia untuk menjaga jalan masuk kota dari arah selatan. Benteng Rijswijk kemudian mengalami kerusakan pada kerusuhan Tionghoa 1740. Bertahun-tahun kemudian benteng Rijswijk menjadi tidak terurus.